Asal Usul Sejarah Gereja Ayam Magelang

Lokasi: Dusun Gombong, Desa Kembanglimus, Kec. Borobudur, Kab. Magelang 56553
Map: Klik Disini
HTM: Wisatawan Domestik Rp.15.000, Wisatawan Asing Rp.30.000
Buka Tutup: 05.00 – 17.00 WIB

Nama “Gereja Ayam” bagi sebagian masyarakat tentu sudah tidak asing lagi, karena nama ini digunakan sebagai julukan atau nama lain dari beberapa tempat beribadah umat Kristiani yang ada di Indonesia, seperti GPIB PNIEL yang ada di Menteng, Jakarta Pusat, GPIB Zebaoth di Bogor, Gereja Immanuel yang ada di Tengah Kota Ternate, Maluku, GPIB Immanuel Palembang, GPIB Bethel yang ada di Tanjungpinang dan Gereja St. Fransiskus Assisi di Kota Singkawang, Kalimantan Barat.

Keberadaan Gereja Ayam GPIB PNIEL yang ada di JL. Samanhudi, Pasar Baru, bahkan dijadikan nama sebuah jalan yang berada di dekatnya dan bagi warga Jakarta Pusat nama jalan tersebut tentu sudah tidak asing lagi, karena di sana berdiri CATS (Central Automotive & Try Service), restoran soto yang terkenal dan memiliki banyak cabang salah satunya di Kelapa Gading, juga menjadi nama minimarket Indomaret.

Di luar negeri juga terdapat beberapa tempat ibadah umat Kristiani yang bernama Gereja Ayam, dan yang paling terkenal adalah Gereja Gallicantu yang dalam bahasa Latin artinya “Ayam Berkokok” yang berada di Kota Yerusalem, Israel. Nama gereja ini dikenal di seluruh dunia dibangun di bekas Istana Kayafas serta tempat Jesus diadili oleh para imam sebelum disalib.

foto by instagram.com/pasos_x_el_mundo

Kata Gereja yang diserap dari bahasa Portugis igreja, memang identik dengan tempat beribadah umat Kristiani. Namun Gereja Ayam yang berada di Magelang ini, tidak hanya dijadikan sebagai tempat berdoa umat Kristen saja, tapi juga oleh siapa saja dan dari agama apa saja, sepanjang mereka masih percaya dan mengakui adanya Tuhan. Disitulah keunikannya, dan karena itu pula terdapat mushollah di dalam gedung Gereja Ayam, yang mungkin satu-satunya di dunia sebuah tempat ibadah salah satu agama berada di dalam tempat ibadah agama lain.

Bangunan unik dan menarik tersebut berada di Bukit Rhema, Magelang. Nama Gereja Ayam diberikan, karena berbentuk seperti seekor ayam betina raksasa yang sedang mengerami telur di dalam hutan. Salah satu keunikan itulah yang membuat nama objek wisata ini mendunia, meski sebenarnya bangunan tersebut bukanlah gereja dalam arti yang sesungguhnya. Sebab tujuan awal didirikannya bangunan, bukan dimaksudkan sebagai tempat beribadah khusus bagi umat Kristiani, melainkan sebagai rumah doa yang diperuntukkan bagi pemeluk agama apapun yang mempercayai adanya Tuhan.

Berbagai keunikan yang dimiliki bangunan ini utamanya dari sisi bentuk dan arsitektur, membuat ulasan, foto dan gambar video dari Gereja Ayam banyak tersebar di berbagai media, baik media cetak maupun media online, termasuk sosial media yang ada di dalam maupun di luar negeri, seperti wikipedia, TripAdvisor, Kaskus, facebook, Instagram, Youtube, serta yang lain. Terlebih setelah diliput oleh sebuah media besar yaitu DailyMail.co.uk, menjadikan destinasi wisata ini semakin menghebohkan dunia dan ramai dikunjungi wisatawan dari mancanegara.

foto by instagram.com/cindytambajong

Jika di negeri orang popularitas Chicken Chruch banyak dibantu oleh promosi gratis lewat pemberitaan di sejumlah media, lain halnya dengan di Indonesia. Selain media massa, baik media cetak maupun media online, peran sebuah film yang berjudul Ada Apa dengan Cinta 2 (AADC 2) yang menjadi salah satu film terlaris di tahun 2015 ikut memberikan andil dalam mempopulerkan objek wisata ini, tidak hanya di kalangan traveller tapi juga masyarakat umum, utamanya anak-anak muda.

Mereka yang pernah nonton AADC 2 tentu masih ingat salah satu adegan, dimana tokoh Rengga (Nicholas Saputra) mengajak Cinta (Dian Satro Wardoyo) naik jeep yang disewa dari Jogyakarta menuju Bukit Rhema. Cinta yang tidak mengetahui kalau ada objek wisata yang unik, hanya bisa menurut saat diajak Rengga. Kemudian dalam adegan tersebut Rengga sempat berkata, “Perbedaan antara traveller dengan wisatawan adalah, kepergian traveller tidak pernah direncanakan. Semua selalu mendadak, dan tergantung dari keinginan. Dan yang paling berkesan bukanlah objek wisatanya, melainkan perjalanannya.”

Lanjut:  Candi Borobudur

Entah karena pemberitaan di sejumlah media luar utamanya DailyMail.co.uk atau karena pengaruh dari film AADC 2, dalam dua tahun terakhir Chicken Chruch telah mengalami cukup banyak perubahan, utamanya dari sisi pengelolaan yang terlihat lebih profesional. Bangunan yang sempat terbengkalai sejak tahun 1990 tersebut, sekarang ini mulai dibenahi di beberapa bagian dan dilengkapi dengan beberapa fasilitas, meski tidak diubah secara menyeluruh.

foto by instagram.com/deliyacandra

Beberapa perubahan tersebut diantaranya dengan dilakukannya pengecatan pada dinding bangunan yang dulu dikotori gambar-gambar grafitti dan tulisan-tulisan yang tidak senonoh, adanya taman berukuran mini yang ditanami berbagai macam bunga dan dihiasi dengan dua patung berbentuk malaikat (menurut kepercayaan non-muslim) yang sedang meniup terompet dan patung wanita yang sedang memegang kendi (tempat air dari tanah liat), dijadikannya salah satu ruang doa untuk mushollah, didirikannya kedai rakyat di belakang bangunan dan adanya outlet singkong keju goreng di dalam bangunan.

Pembenahan yang dilakukan memang masih belum menyeluruh dan hanya di beberapa bagian bangunan. Namun dengan sistem pengelolaan yang lebih profesional pada tahun 2024 nanti, Gereja Ayam diharapkan dapat tampil dengan lebih menarik sehingga mampu menghadirkan wisatawan dalam jumlah yang lebih besar.

Sejarah Singkat
❤️

Sejarah tentang asal usul berdirinya Geraja Ayam memang tidak ada kaitannya dengan mitos maupun legenda, namun agak berbau misteri karena berawal dari mimpi yang dialami Daniel Alamsjah yang berasal dari Jakarta. Dalam mimpinya tersebut Daniel diberi amanat oleh Tuhan untuk mendirikan rumah ibadah berbentuk burung merpati.

foto by instagram.com/noonamiea

Rumah ibadah yang dimaksud, bukanlah rumah ibadah khusus umat Kristen, tapi sebuah gedung yang dapat digunakan sebagai tempat beribadah oleh orang-orang yang percaya kepada Tuhan atau memiliki agama, dengan tanpa membedakan agama yang dianut., sebagaimana filosofi yang hingga kini tetap dipertahankan oleh Chicken Chruch yaitu: “The House of Prayer for All Nation”. Tapi karena Daniel menganut agama Kristen, membuat banyak orang mengira bahwa bangunan yang didirikannya adalah bangunan gereja.

Sekitar tahun 1989, ketika sedang melakukan perjalanan menuju ke tempat keluarga istrinya berasal, yaitu Magelang, Daniel seolah diingatkan akan mimpi yang pernah dialaminya tatkala melihat Bukit Rhema, karena keindahan bukit dengan lokasi tersembunyi di balik rimbun pepohonan tersebut sama persis dengan tempat yang pernah ditunjukkan oleh Tuhan di dalam mimpinya. Sejak saat itulah dia terus berdoa setiap malam untuk meminta petunjuk dari Tuhan, sebelum akhirnya membangun gedung dengan bentuk menyerupai burung merpati yang dikemudian hari oleh banyak orang dikira berbentuk ayam, sehingga dinamakan Gereja Ayam.

Setahun kemudian dia membeli lahan milik warga setempat seharga Rp 2 juta dengan luas sekitar 300 meter2. Karena dana yang dia miliki terbatas, maka pembayaran dilakukan dengan cara diangsur selama 4 tahun. Keterbatasan dana itu pula yang membuat proses pembangunan gedung tersendat-sendat disamping adanya penolakan dari warga sekitar. Karena itulah bangunan tersebut tidak dapat diselesaikan secara sempurna dan dengan kondisi yang tidak terawat. Saat itu dinding-dinding gedung banyak yang terkelupas akibat dimakan oleh cuaca dan dikotori oleh tingkah vandalisme dari warga setempat.

foto by instagram.com/ffny.wu

Seiring dengan perjalanan waktu, bangunan ini sempat dipergunakan sebagai tempat ibadah oleh umat dari berbagai agama, seperti kaum muslim, umat Buddha, Hindu serta Kristen dengan cara masing-masing. Gedung ini juga pernah dijadikan sebagai pusat rehabilitasi serta terapi bagi anak-anak penyandang cacat, penderita penyakit jiwa serta para pecandu narkoba. Namun karena besarnya biaya operasional, pada tahun 2000 Rumah Doa tutup dengan kondisi bangunan yang masih belum juga bisa dirampungkan akibat besarnya biaya konstruksi. Setelah ditutup itulah bangunan ini semakin tidak terawat dan jarang dikunjungi, sehingga memberi kesan angker dan horor meski belum pernah terdengar cerita tentang hantu di tempat wisata yang satu ini.

Meski dengan kondisi yang memprihatinkan, Rumah Doa masih saja dikunjungi traveller walaupun dalam jumlah yang terbatas, karena lokasinya cukup dekat dengan Punthuk Setumbu yang menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Jawa Tengah dan juga tidak jauh dari Candi Borobudur. Mereka itulah yang kemudian mengunggahnya ke berbagai media sosial dan menulisnya di berbagai situs, sehingga nama Gereja Ayam semakin populer. Puncaknya adalah liputan yang dilakukan DailyMail.co.uk dan dijadikannya tempat ini sebagai lokasi shooting kisah asmara Rangga dan Cinta dalam film AADC 2.

Lanjut:  Ini Dia 10 Rekomendasi Dokter Kandungan Magelang Terbaik, Mana Yang Melayani Pasien BPJS?

Sejak saat itulah Chicken Chruch semakin dibanjiri pengunjung dan dibuka kembali sebagai objek wisata yang dikelola secara profesional dengan menambahkan sejumlah fasilitas termasuk memperbaiki infrastruktur, salah satunya adalah jalan setapak yang melintasi hutan menuju ke area parkiran yang kini sudah dibeton.

Rute Menuju Lokasi❤️

foto by instagram.com/ffny.wu

Location map Gereja Ayam secara administratif terletak di Dusun Gombong, Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur, Mgl dengan coordinates point berada pada 7°36’20.21″S 110°10’49.93″E. Lokasi tersebut sangat mudah dijangkau, baik dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum karena jaraknya hanya sekitar 3,9 km dari Candi Borobudur. Namun disarankan untuk menggunakan kendaraan pribadi, karena angkutan umum hanya lewat jalan poros dan berhenti di depan jalan masuk menuju lokasi sehingga mereka yang menggunakan angkutan umum harus berjalan kaki dengan jarak yang cukup jauh.

Rute perjalanan yang harus ditempuh untuk wisatawan yang datang dari Jogja, Solo, Semarang, Ambarawa maupun Magelang adalah dengan langsung menuju ke lokasi Candi Borobudur. Begitu sampai di depan taman candi, belokkan kendaraan ke arah kiri dengan melewati jalan Borobudur – Salaman. Ikuti terus jalan tersebut hingga bertemu dengan sebuah gang yang merupakan jalan masuk menuju Bukit Rhema. Gang tersebut ditandai dengan papan petunjuk jalan dan berada di sebelah gerbang masuk Punthuk Setumbu.

Setelah memasuki gang, tidak lama kemudian Anda akan sampai di area parkir Bukit Rhema. Titipkan kendaraan di tempat tersebut dan lanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sejauh 200 meter melalui jalan berlapis beton untuk menuju ke lokasi yang dituju. Begitu mudahnya rute yang harus dilalui, sehingga tanpa mengaktifkan google maps pun, Anda tidak akan sampai tersesat.

foto by instagram.com/trippingtroopers

Untuk wisatawan yang habis menikmati sunrise di Punthuk Setumbu, dapat langsung menuju ke lokasi yang jaraknya hanya sekitar 300 meter. Jarak tersebut memang tidak begitu jauh, namun medan yang harus ditempuh berupa perbukitan dengan jalan yang menanjak, sehingga cukup menguras tenaga. Meski lokasi kedua objek wisata tersebut berdekatan, namun berada di wilayah yang berbeda. Jika Gereja Ayam berada di Desa Kembanglimus, sementara Punthuk Setumbu ada di wilayah Desa Karangrejo.

Saat memasuki lokasi wisata yang buka setiap hari pada jam 05.00 – 17.00 WIB, pengunjung akan dikenai harga tiket masuk sebesar Rp.15.000 untuk wisatawan lokal dan Rp.30.000 untuk wisman. HTM tersebut belum termasuk ongkos parkir sebesar Rp.2.000 untuk motor dan Rp.5.000 untuk mobil.

Menikmati Pemandangan
❤️

Bukan tanpa alasan jika jasa tour & travel yang ada di Yogya dan Jawa Tengah memasukkan Chicken Chruch ke dalam daftar kunjungan Paket Wisata Yogyakarta atau Paket Wisata Borobudur, bersama Punthuk Setumbu. selain karena lokasi Bukit Rhema dan Punthuk Setumbu cukup dekat dengan Candi Borobudur, kedua objek wisata ini juga menyuguhkan keindahan panorama alam di sekelilingnya.

Bangunan Rumah Doa ini bahkan tidak hanya menyajikan indahnya landskap, tapi juga keindahan dan keunikan arsitektur bangunan. Tidak heran jika Gereja Ayam kerap digunakan sebagai lokasi foto prewedding.

Untuk menikmati keindahan dan keunikan bangunan, tentunya pengunjung harus memasuki gedung berlantai 3 ditambah basecamp atau ruang bawah tanah yang dipakai sebagai tempat untuk berdoa. Berikut gambaran singkat suasana bangunan di setiap lantainya.

Lantai dasar gedung memiliki ukuran yang luas, sehingga saat berada di dalamnya serasa berada di dalam aula yang bentuknya mirip lambung kapal dengan banyak ventilasi pada bagian sampingnya. Lubang angin juga dapat ditemui pada bagian atap berbentuk tanda salib (+) yang pada siang hari berfungsi untuk memberi pencahayaan pada lantai dasar.

Lanjut:  10 Villa Disewakan Daerah Magelang Yang Bisa Jadi Pilihan Untuk Tempat Singgah, Harga Termurah Rp.135.000
foto by instagram.com/trippingtroopers

Di lantai dasar ini tersedia kursi bagi pangunjung yang ingin melihat proses awal pembangunan Gereja Ayam yang diputar dengan menggunakan proyektor dan layar LCD yang berisi foto-foto dokumentasi pribadi yang dibuat Daniel Alamsjah sekitar tahun 1990an, sambil menunggu dipanggil oleh petugas. Jika dulu pengunjung bisa bebas menjelajah seluruh rungan yang ada di dalam gedung, hal tersebut kini sudah tidak berlaku lagi. Para pengunjung saat ini didaftar satu persatu, dan harus menunggu antrean untuk dapat naik ke lantai berikutnya. Disaat menunggu antrean itulah mereka dapat menikmati proses awal pembangunan Rumah Doa.

Pada lantai dua gedung, ukurannya lebih sempit namun tidak selembab lantai dasar karena jendela yang dimiliki jumlahnya lebih banyak. Jendela-jendela berbentuk jajaran genjang tersebut digunakan untuk melihat pemandangan di sekeliling gereja. Di lantai dua ini pengunjung dapat melihat bagian ekor gedung yang bentuknya menjulang tinggi dan kini dimanfaatkan sebagai cafe.

Suasana yang dihadirkan di lantai ini lebih menarik dibandingkan lantai dasar, karena dinding-dindingnya dihiasi dengan gambar-gambar mural yang berisi berbagai macam himbauan dan pesan moral, gambar-gambar berbagai objek wisata di Indonesia seperti Candi Borobudur, Pantai Bunaken di Sulawesi Utara dan Raja Ampat di Papua, serta gambar berbagai jenis karya seni budaya di Indonesia seperti Tari Srimpi dari Jateng, Tari Reog Ponorogo dari Jatim, Tari-tarian Suku Dayak Kalimantan, serta yang lain.

foto by instagram.com/nie_yc

Pada lantai 3, ruangan semakin terlihat sempit, karena lantai ini merupakan bagian dari kepala merpati atau kepala ayam. Melalui bagian paruh merpati/ayam itulah pengunjung bisa melihat indahnya pemandangan yang ada di bagian luar bangunan. Hanya saja pemandangan tersebut hanya terlihat sebagian karena tertutup oleh dinding gedung, dan untuk dapat menyaksikan pemandangan secara utuh dari segala penjuru, pengunjung harus naik ke bagian mahkota. Karena itulah, di lantai 3 ini disediakan beberapa kursi yang dipergunakan untuk antre sebelum naik ke bagian mahkota. Jumlah pengunjung yang diperbolehkan naik ke bagian mahkota sengaja dibatasi, mengingat sempitnya area. Jika tidak dibatasi, dikhawatirkan akan melebihi kuota dan dapat membahayakan pengunjung.

Untuk menuju ke mahkota burung/ayam, tersedia tangga dari besi. Di bagian mahkota burung yang berukuran sekitar 2 x 3 meter2 dengan daya tampung maksimal 8 orang dan dibatasi pagar dari besi itulah dapat disaksikan indahnya pemandangan alam di sekeliling. Pada sisi sebelah Barat dapat disaksikan Punthuk Setumbu, Gunung Merbabu, Gunung Merapi, Gunung Sindoro dan Puncak Suroloyo. Di sisi sebelah Timur, Candi Borobudur tampak berdiri dengan gagah dan di sisi sebelah Utara dan Selatan terpampang perbukitan, kawasan hutan serta hamparan sawah dan ladang milik penduduk setempat.

foto by instagram.com/freshtour_jogja

Setelah menjelajah lantai demi lantai, jangan lupa untuk turun menuju bagian basecamp yang berada di bawah tanah. Di sini dapat ditemui 25 ruang berukuran kecil yang digunakan sebagai ruang doa dan salah satunya dimanfaatkan untuk mushollah. Ruangan tersebut ada yang berukuran 2 x 2 meter yang difungsikan untuk ruang doa pribadi dan berukuran 2 x 6 meter untuk ruang doa umum. Selain itu, terdapat pula ruangan yang difungsikan untuk kamar mandi dan toilet.

Mengingat tujuan dibangunnya gedung ini adalah untuk “Rumah Doa”, maka bagian basecamp inilah yang sebenarnya merupakan ruang utama dari bangunan besar yang mendapat julukan “Gereja Ayam”. Hanya saja, karena saat ini fungsi dari gedung megah ini sudah berubah menjadi destinasi wisata, maka yang menjadi tujuan utama pengunjungpun ikut berubah, yaitu menjadikan bagian mahkota sebagai area utama untuk menikmati indahnya pemandangan alam.


4 pemikiran pada “Asal Usul Sejarah Gereja Ayam Magelang”

  1. Skrg menuju ke grj ayam bs naek grabbike/car…jlnnya sdh lbh bgs Dr sblomnya…cm skrg penduduk Mata duitan jd apa” pake duit ky ke puthuk setumbu aja kl backpackers pst Kita dikerjar” disangka Parkir mblnya nun jauh disana pdhl Kita mau naek grabcar…

    Balas
  2. bagi yang belum pernah kesini… foto di artikel ini kurang mencerminkan keindahannya aslinya..
    sempatkan waktu untuk kesana, sekalian cari sunrise di punthuk setumbu… keren

    Balas

Tinggalkan Balasan ke Ai Nurjanah Batalkan balasan

error: Content is protected !!