Candi Pawon Magelang Didirikan Oleh Raja?

Lokasi: Brojonalan, Wanurejo, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah 56553
Map: Klik Disini
HTM: Rp.4.000 per Orang
Buka Tutup: 08.00-16.00
Telepon:

Sebagai sebuah negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki garis pantai sangat panjang dengan kekhasan budaya dari tiap wilayah.

Secara umum, wilayah Indonesia terbagi dalam tiga daerah khas budaya, yaitu wilayah barat (Pulau Sumatra, Jawa, sebagian Kalimantan, serta daerah di sekitarnya), Indonesia tengah (sebagian Kalimantan, Sulawesi, gugusan kepulauan Sunda Kecil), serta bagian timur (Maluku, kep. Aru, Papua). Tiap lokasi memiliki sejarah budaya dan adat masing-masing.

foto by instagram.com/dhannieka_

Salah satu lokasi di Indonesia, terkenal dengan budaya dan adat, serta merupakan tempat sisa-sisa kerajaan Mataram Islam berada, Jawa Tengah, juga memiliki kisahnya.

Kota-kota di Jawa Tengah seperti wilayah Manyaran, Wonogiri, Klaten, Surakarta, terkenal akan sejarah, seni, budaya, café, griya adat, yang membuat banyak masyarakat dari kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, Surabaya, Jogja, Semarang datang ke daerah ini.

Jawa Tengah terkenal dengan banyaknya peninggalan-peninggalan bersejarah, terutama Candi. Di setiap wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta, terdapat banyak Candi yang didirikan sebagai bukti peninggalan dua Dinasti besar di daerah ini. Beberapa diantaranya merupakan Candi besar dan terkenal di kalangan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, seperti Candi Sewu.

Lokasi Wisata❤️

foto by instagram.com/kezia_art

Candi Pawon atau sering disebut juga dengan nama Candi Brajanalan adalah sebuah bangunan bercorak budaya Budha di daerah Magelang, daerah Selatan Jawa Tengah. Letaknya ada di daerah Brajanalan, Kelurahan Wanurejo, Kecamatan Borobudur dan cukup tersembunyi, ditengah-tengah wilayah perumahan penduduk sekitar.

Bila melihat dari lokasi bangunannya, letak Candi Mendut-Pawon-Borobudur berada dalam satu garis lurus. Pawon terletak diantara keduanya, yaitu 2 km timur laut Borobudur dan 1 km tenggara Mendut.

Bila ingin mendatangi lokasi wisata ini, hanya dibutuhkan waktu sekitar satu jam perjalanan dari arah kota Jogja. Wisatawan bisa mencapai lokasi ini, baik dengan kendaraan pribadi maupun dengan menggunakan transportasi umum.

foto by instagram.com/wisata_magelang

Pengunjung yang berasal dari luar daerah atau bahkan luar negeri, bisa dengan mudah datang ke destinasi wisata melalui pesawat terbang, mendarat di Bandara Internasional Adi Sucipto, Yogyakarta.

Bila datang dari arah Timur, bisa melalui kota Boyolali atau Temanggung. Terdapat banyak rute angkutan umum seperti bus yang siap untuk mengantarkan wisatawan menuju Magelang.

Sejarah Singkat❤️

foto by instagram.com/dsloong

Menurut keterangan yang diperoleh dari informasi Wikipedia dan beberapa situs lain, bangunan yang sudah menjadi legenda ini awalnya ditemukan dalam keadaan rusak karena tertutup beberapa tumbuhan serta semak.

Pada tahun 1903 bangunan ini mulai dipugar dan diperbaiki, hingga pada tahun 1904, kemudian dilanjutkan kembali pada tahun 1908. Karena kondisi ini, tidak banyak asal usul yang berhasil diketahui.

Lanjut:  10 Rekomendasi Makanan Khas di Daerah Magelang Yang Enak dan Lezat Siap Menggoyang Lidahmu

Penelitian serta identifikasipun terhenti pada asumsi karena kurangnya bukti. Beberapa penelitian termasuk mengenai filosofi, kegunaan, isi, apakah lengkap atau tidak, fungsinya, belum dapat diketahui.

Teknik penelitian dengan situs-situs seperti wiki, juga sudah dibuat untuk membantu identifikasi. Banyak rahasian masih tersimpan dalam temple dengan ukuran tidak begitu besar ini.

Peneliti memperkirakan bahwa Candi Pawon merupakan sebuah bangunan pemujaan pada sekitar abad ke-8 sampai ke-9 Masehi. Dinasti Syailendra yang pada masa itu berkuasa di daerah Jawa Tengahlah pendirinya. Bangunan temple tersusun dari batuan vulkanik dengan corak bangunan Hindhu Jawa Kuno serta perpaduan seni India.

Terdapat kesamaan relief serta pahatan di dengan Borobudur serta Mendut. Kesamaan abad pendiriannya dibuktikan melalui Prasasti Karangtengah atau Kayumwungan dengan tanggal tahun 824 M.

Ahli epigrafi juga menyebutkan mengenai lokasi ini sebagai tempat penyimpanan abu dari raja pertama Wangsa Syailendra, ayah Raja Samarratungga. Wangsa Syailendra merupakan Dinasti yang membangun Candi Borobudur.

foto by instagram.com/alifa_shanum

Pendapat ini didukung dengan mengaitkan bahwa nama ‘pawon’ berasar dari kata pawuan. Kata tersebut memiliki arti lebih dalam yaitu adanya proses pembakaran benda dengan menggunakan api sehingga nantinya hanya menyisakan abu dari benda tersebut.

Hipotesis ini didukung dengan struktur temple dengan terdapat 6 lubang besar, fungsi nya kemungkinan sebagai jalan keluar asap hasil pembakaran benda di dalam tubuh pawuan itu.

Apakah lokasi ini pernah digunakan untuk kremasi jenazah seorang petinggi kerajaan? Raja misalnya. Ataukah bangunan ini digunakan untuk membakar sisa-sisa benda setelah melakukan ritual? Namun, pendapat ini masih kurang kuat dan belum dapat dipastikan kebenarannya karena minimnya data.

Para sejarawan juga berpendapat mengenai bangunan ini sebagai suatu ‘pintu gerbang’ Candi Borobudur. Bisa juga digunakan oleh para peziarah atau oleh umat Budha sebelum menuju Borobudur temple. Dimana pendapat lain menyebutkan kala itu digunakan masyarakat beragama Budha untuk membersihkan diri, badan dan pikiran.

foto by instagram.com/yulianadharmanto

Prof. Dr. R.M Poerbatjaraka menyebutkan bahwa bangunan ini adalah Upa Angga dari Borobudur, selaknya ‘pawon’ atau dapur sebagai bagian dari rumah khas Jawa.

Dilain pihak, penduduk di daerah tersebut tidak menyebutnya dengan nama Candi Pawon, tetapi ‘Bajranalan’. Kata Brajanalan bersumber dari dua kata dalam Bahasa Sanskerta yaitu vajra yang berarti halilintar dan anala atau api.

Penduduk setempat serta penelitian mempercayai bahwa tempat ini dulunya digunakan untuk menyimpan senjata Dewa Indra, vajranala. Hal ini seperti cerita dalam mitologi India bahwa Dewa Indra bersejata vajranala. Manakah fungsi temple di masa lalu, seperti apa asal usul bangunan ini, masih diteliti lebih jauh.

Lanjut:  Candi Lumbung Magelang

Daya Tarik Wisata❤️

foto by instagram.com/javaland2390

Ketiga Candi tersebut diatas diduga memiliki kaitan, dibuktikan dengan letak pada sat ugaris lurus, pola motif pahatan. Candi Pawon dikenal sebagai tempat penyimpanan abu Raja Indra dari Dinasti Syailendra.

Hal ini diperkuat dengan arti nama ‘pawon’ yang dianggap berasal dari kata ‘pawuan’ atau tempat untuk menyimpan abu. Pada masa kerajaan Hidhu Budha, Candi dibuat sebagai ‘makam’ bagi para raja yang dianggap merupakan titisan dewa.

Seperti bangunan Candi pada umumnya di dalam badan candi terdapat arca. Di tempat ini terdapat Arca Bodhisattva, diletakkan sebagai sebuah penghormatan pada Raja Indra.

Raja Indra dianggap telah mencapai tahap sebagai Bodhisattva sehingga arcanya disimpan dan kemungkinan terbuat dari perunggu karena sering memantulkan wajra atau sinar. Kondisi ini diperkuat dengan adanya bukti tertulis dari masa pendirian temple.

foto by .instagram.com/adtkstro

Sekalipun merupakan bangunan bercorak budaya Budha, rupanya ada perbedaan dengan peninggalan bersejarah lain. Bentuk tubuh Candi Pawon lebih ramping dan mirip dengan corak bangunan Hindhu.

Arsitektur candi sangat unik dan menyimpan kekhasan budaya dan kesenian bangunan pada masa itu. Denah bangunan ini terbuat dari batu andesit dengan berbentuk segi empat. Masing-masing sisinya sepanjang 10 m dengan total tinggi sekitar 13,3 m.

Bangunan ini dibangun dengan mengarah ke barat dan tidak begitu besar. Dibangun dengan satu bilik, Candi Pawon terbagi dalam tiga bagian yaitu kaki (berupa batur), tubuh dan atap. Tinggi baturnya sekitar 1,5 m dengan dasar segi empat dengan liku-liku berbentuk 20 sudut di tepian. Di dinding batur, dipahat berbagai motif khas corak Budha.

Beberapa bukti sejarah menyatakan bahwa di dalam tubuh temple, dulunya terdapat banyak arca Bodhisattva. Namun, saat ini arca tersebut sudah tidak ditemukan di lokasi sehingga tidak dapat dipastikan kebenarannya.

Secara struktur, untuk masuk ke dalam ruangan, maka harus melalui pintu masuk di arah barat. Di anak tangga terdapat hiasan berupa Makara, ambang pintu masuknya dihiasi dengan pahatan Kala.

Pada tangga, terdapat pula beberapa relief dengan hiasan kepala naga. Sekalipun ruangan temple saat ini kosong, namun bukti struktur ruangan dapat menunjukkan adanya arca di lokasi ini. Seperti bangunan bercorak Budha, terdapat hiasan berupa stupa kecil di masing-masing sisi atap temple yang berbentuk persegi bersusun. Di puncak atap, terdapat satu stupa utama dan besar.

Relief di bagian luar cukup berbeda dengan kebanyakan temple. Biasanya pahatan di badan bangunan merupakan relief berupa cerita atau kisah mengenai suatu hal. Namun, di Candi Pawon, reliefnya berupa simbol-simbol. Di bagian luar banyak terdapat pahatan berupa pohon kalpataru atau hayati. Pohon ini diapit oleh pundi-pundi dan makhluk kinara-kinari.

Lanjut:  1 Jam Dari Jogja, Punthuk Setumbu Spot Terbaik Menikmati Sunrise Borobudur Dari Ketinggian
foto by instagram.com/alifa_shanum

Kinari merupakan suatu makhluk mitologi berkepala manusia berbadan burung. Di bagian depan, terdapat pahatan Kuwera, dipahat dengan posisi berdiri. Di bagian atas, terdapat ventilasi udara berupa sepasang jendela, diantara kedua lubang juga terdapat pahatan kumuda.

Ilmuan serta ahli sejarah terus melakukan penelitian mengenai tempat ini. Beberapa pendapat ahli menyatakan relief ini adalah sebuah awal mula dari pahatan di Borobudur. Kesamaan corak budaya, waktu pembangunan, serta hal-hal tersebut seperti di atas menguatkan pendapat ini.

Harga Tiket Masuk❤️

Bagi wisatawan domestik ataupun mancanegara, berlibur di tempat ini tidak harus mengeluarkan biaya mahal. Tiket masuk lokasi wisata hanya diberikan sekitar Rp3.000-Rp4.000. Hal ini mungkin juga karena belum adanya fasilitas wisata secara resmi oleh pemerintah.

Fasilitas Yang Ada❤️

Selain luas bangunan temple tidak begitu besar, fasilitas wisata tidak begitu banyak. Di tempat ini hanya terdapat tempat parkir, toilet serta beberapa warung makan. Warung ini pun dikelola oleh masyarakat atau penduduk setempat.

Dengan melihat kondisi ini, nampaklah bahwa sekalipun terdapat banyak peninggalan bersejarah di Indonesia, bahkan sudah termasuk dalam galeri perpusnas.go.id, pada kenyataannya, masyarakat serta wisatawan belum banyak mendapatkan informasi mengenai objek wisata tersebut. Minimnya wisatawan juga berdampak pada penyediaan fasilitas wisata.

foto by instagram.com/wargamagelang

Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang dibandingkan dengan daerah lain di dunia. Di masing-masing wilayah dan provinsi, terdapat berbagai bukti sejarah ciri keunikan negara kita ini.

Berbagai penelitian telah dan sedang dilakukan untuk menggali keunggulan wilayah beserta dengan mempelajari struktur kehidupan di masa lalu. Secara geografis, letak Indonesia memang sangat strategis.

Kondisi ini juga berdampak pada kondisi masyarakat, iklim, geologika, serta dengan perubahan budaya. Deskripsi atau penjelasan lebih lanjut dan lengkap mengenai kondisi keanekaragaman Indonesia bisa dilihat melalui artikel website Wikipedia.

Sebagai generasi penerus bangsa, kita perlu untuk selalu menjaga dan melestarikan lokasi wisata ini agar generasi mendatang tetap bisa menikmati keindahan alam sama seperti kita.

Jangan lupa untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan salah satunya adalah dengan membuang sampah pada tempatnya serta merawat fasilitas di objek wisata.

Kita bisa membantu promosi wisata asri ini dengan menggunakan sosial media seperti Facebook, Instagram, dengan memberikan gambar atau cerpen yang kita ambil di lokasi wisata. Foto itu bisa diunggah dan akan memberikan feedback bagi wisatawan lain.

Tinggalkan komentar

error: Content is protected !!