Gunung Batu Jonggol

Lokasi: Desa Sukaharja, Kecamatan Sukamakmur, Kota Bogor, Jawa Barat
Map: Klik Disini
HTM: Rp.15.000 (Sudah Termasuk Ongkos Parkir)
Buka: 24 Jam

Gunung di Jawa Barat❤️

Karena lokasinya yang tidak dilewati sarana transportasi umum, nama Gunung Batu Jonggol kurang begitu dikenal oleh masyarakat. Terlebih objek wisata adventure ini terpisah dari kawasan wisata lainnya yang bertebaran di Bogor.

Namun, bagi para pendaki dan anggota komunitas pecinta alam yang ada di Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi dan sekitarnya, bukit ini cukup akrab di telinga mereka karena medannya yang pas untuk para pendaki pemula.

Itu sebabnya bukit ini kerap digunakan sebagai tempat pelatihan bagi anggota baru dan lokasi warming up bagi para pendaki senior sebelum mendaki gunung-gunung yang lebih tinggi.

Bahkan, tidak hanya para pendaki dan komunitas pecinta alam saja yang menjadikan Gunung Batu Jonggol sebagai tempat favorit untuk fun hiking, tapi juga anak-anak muda yang ingin menikmati liburan dengan sensasi yang berbeda.

Sebagian dari pengunjung yang bukan pendaki dan bukan anggota dari komunitas pecinta alam tersebut ada yang menginap bersama rombongan di area camping ground, sebagian ada yang tertantang untuk sampai di puncak, namun sebagian besar hanya melakukan tracking di kaki bukit.

Mereka yang melakukan tracking tersebut sebagian ada yang hanya ingin bersenang-senang dengan teman-temannya, sebagian lagi mencari suasana romantis dengan kekasihnya, dan yang tidak pernah ketinggalan adalah mencari background foto, karena mulai dari area parkir yang dilengkapi taman sampai dengan kaki bukit, banyak dijumpai spot-spot menarik untuk diabadikan dalam bahasa gambar.

Dengan banyaknya aktifitas yang dapat dilakukan, disamping aktifitas utama melakukan pendakian, membuat Gunung Batu Jonggol banyak dikunjungi para wisatawan, utamanya anak-anak muda yang memiliki hoby bertualang.

Mengenal Sekilas❤️

Meski mendapat sebutan “Gunung”, ketinggian Gunung Batu Jonggol sebenarnya hanya 875 meter di atas permukaan laut atau 2.871 kaki, sehingga lebih tepat disebut bukit.

Namun karena sudah menjadi kebiasaan orang Indonesia yang selalu menyebut segala sesuatu yang memiliki puncak dengan sebutan gunung, membuat bukit yang berada pada titik koordinat 6°36’12″S 107°3’8″E ini disebut Gunung Batu Jonggol.

Tidak seperti tempat hiking lainnya yang selalu berbalut dengan mitos dan cerita-cerita misteri, Gunung Batu Jonggol jauh dari kesan mistik dan hal-hal yang berbau supranatural.

Trek yang dimilikinya memang cukup menantang, namun tidak terlalu ekstrim, sehingga sangat cocok bagi para pendaki pemula. Meski begitu, para pendaki wajib untuk selalu bersikap hati-hati dan waspada serta menghindari cuaca buruk selama pendakian, karena Gunung Batu Jonggol telah memakan korban.

Peristiwa tersebut terjadi 3 Mei 2015 bertepatan dengan musim hujan, dimana kondisi medan di kawasan bukit ini sangat licin. Seorang pendaki dari Cilengsi bernama Andri Cahya Nugraha (23 tahun) yang akan menuju ke puncak Gunung Batu Jonggol harus meregang nyawa karena terpeleset dan jatuh ke jurang.

Tempat jatuhnya korban tersebut, kini diberi semacam prasasti untuk mengenang korban sekaligus untuk mengingatkan para pendaki yang lain agar senantiasa berhati-hati saat berada di lokasi pendakian.

Mengingatkan para pendaki agar selalu bersikap hati-hati dan waspada tersebut tidak hanya untuk keselamatan para pendaki sendiri, tapi juga untuk mencegah rusaknya lingkungan.

Sebab pada tanggal 25 Juni-2021 yang lalu, Gunung Batu Jonggol sempat mengalami kebakaran. Meski penyebab dari tempat pendakian dan kebun sawit yang kebakar tidak diketahui secara pasti, namun ada kemungkinan karena ulah para pendaki yang bersikap sembrono.

Akibat peristiwa kebakaran tersebut, kawasan wisata adventure ini untuk sementara waktu ditutup sebelum akhirnya dibuka kembali untuk umum.

Kawasan Perkampungan Dilihat dari Atas (foto: ardiyanta.com)

Informasi lainnya seputar Gunung Batu Jonggol yang kerap menghiasi media massa dan media online adalah dibentangkannya bendera merah putih berukuran raksasa oleh kelompok pecinta alam setiap tanggal 17 Agustus untuk memperingati HUT kemerdekaan RI.

Berita yang cukup menyita perhatian publik tersebut sedikit banyak turut mengundang para wisatawan untuk datang berkunjung.

Sayangnya, meski tempat ini banyak didatangi pengunjung dan cukup ideal untuk dijadikan resort, namun masih dikelola secara tradisional oleh masyarakat setempat. Itu sebabnya, jangan berharap banyak saat berkunjung ke lokasi, karena fasilitas umum yang tersedia hanya area parkir dan beberapa warung yang menjual makanan dan minuman sederhana.

Tidak ada fasilitas lain, apalagi penginapan semacam hotel dan villa. Jadi, bagi pengunjung yang ingin menginap untuk dapat menikmati sunrise, satu-satunya cara yang dapat dilakukan adalah dengan mendirikan tenda di 3 lokasi camping ground yang tersedia.

Rute Menuju Lokasi❤️

Entah mengapa dan bagaimana sejarah yang melatarbelakangi sehingga bukit batu setinggi 875 mdpl ini dinamakan Gunung Batu Jonggol. Padahal lokasinya cukup jauh dari Kota Jonggol, karena secara administratif alamat dari bukit ini berada di Desa Sukaharja, Kecamatan Sukamakmur, Kota Bogor, Jawa Barat.

Lanjut:  10 Referensi Tempat Karaoke Terbaik di Wilayah Bogor Buat Kamu Yang Hobi Nyanyi

Untuk menuju ke lokasi hanya dapat dilakukan dengan naik kendaraan pribadi, karena meski Bogor dikenal dengan sebutan “Kota Seribu Angkot”, namun tidak ada satupun angkot dan sarana transportasi umum lainnya yang memiliki rute menuju ke lokasi atau melewati daerah yang dekat dengan objek pendakian ini.

Perjalanan menggunakan kendaraan pribadi dari Kota Bogor dapat dilakukan dengan melewati Sentul dan menyusuri pinggir jalan tol yang menuju ke arah utara. Setelah menempuh perjalanan selama 30 menit, Anda akan sampai di daerah Sukahati.

Di sini kendaraan harus berbelok ke kanan dan terus lurus mengikuti jalan yang kondisinya cukup memprihatinkan karena aspal yang melapisi sudah banyak yang rusak dan berlubang.

Area Parkir (foto: ranselmerahkucel.blogspot.co.id)

Setelah menempuh perjalanan selama 2 jam dari Kota Bogor, akan Anda temukan sebuah pertigaan yang terpasang papan petunjuk arah yang memberitahukan jika berjalan lurus akan sampai di Kota Jonggol dan jika berbelok ke kanan menuju ke Gunung Batu. Ambil akses jalan yang menuju Gunung Batu dan tidak lama kemudian Anda akan tiba di lokasi.

Jalur lain adalah melalui Cibinong menuju Citeureup, dilanjutkan ke arah Tajur dan Sukamakmur hingga tiba di Gunung Batu. Cara berikutnya untuk menuju Gunung Batu Jonggol adalah via Cibubur.

Jika rute ini yang dipilih, maka Anda akan melewati Taman Mekarsari Cileungsi, berlanjut ke Perumahan Citra Indah serta pertigaan Jonggol Cariu sebelum akhirnya tiba di objek wisata yang dituju. Masih bingung dengan 3 rute yang dapat dilewati dan takut tersesat? Jangan khawatir selama masih menggenggam smartphone dan mengaktifkan fitur google map.

Satu hal yang harus diperhatikan saat menuju ke lokasi adalah kondisi jalan yang rusak, beberapa ratus meter dari pelataran parkir. Untuk itu Anda harus berhati-hati dalam berkendara karena medan yang dilalui cukup terjal dan dibuat dari pecahan batu kali yang menutupi hampir separuh badan jalan.

Sedang separuhnya berupa tanah merah yang licin pada saat hujan. Itu sebabnya pada musim hujan, pengunjung yang melewati jalan menuju area parkir ini banyak yang lebih memilih turun dan menuntun motor yang mereka bawa.

Sesampai di area parkir, Anda dapat menitipkan kendaraan dengan membayar sebesar Rp.15.000. Tarif tersebut sudah termasuk harga tiket masuk. Pengunjung dapat menitipkan dan mengambil kendaraannya kapanpun, karena area parkir ini buka 1 x 24 jam.

Bertualang❤️

gambar by @ristaniaa_

Sebelum mengawali petualangan ke Gunung Batu Jonggol, pastikan fisik Anda benar-benar prima, hitung estimasi waktu dari berangkat hingga turun dengan pedoman untuk mencapai puncak butuh waktu sekitar 1,5 jam jika berangkat dari area parkir, dan periksa perbekalan.

Bagi pengunjung yang tidak membawa perbekalan dapat membelinya di warung dan kios yang ada di sekitar area parkir.

Rute pertama yang harus dilewati berupa jalan setapak berlapis tanah merah yang di kanan kirinya diapit oleh pepohonan dengan batang yang tidak terlalu besar, rerumputan dan beberapa jenis tanaman bunga yang tampak indah pada saat berkembang.

Pada musim kemarau rute ini berdebu sehingga butuh masker untuk melindungi pernafasan dari debu, kecuali bagi mereka yang sudah terbiasa dengan lingkungan berdebu.

Kondisi tersebut berubah 180O pada musim penghujan, dimana udara sekeliling terasa bersih dan segar, namun jalan yang harus dilalui berubah menjadi licin.

Karena itulah pada sebatang pohon dipasang sebuah plang bertuliskan “ tetap FOKUS” sebab jika kehilangan fokus saat berjalan di musim hujan, bukan tidak mungkin akan menginjak bagian tanah yang licin dan terpeleset. Terlebih pada waktu akan naik ke tanjakan.

Tidak berapa lama setelah melewati jalur yang licin, akan dijumpai salah satu dari tiga area camping ground yang biasa disebut shelter II. Dua area camping yang lain berada di bawah, yaitu di dekat rawa-rawa kecil dan di ladang warga yang dekat dengan jalur pendakian.

Shelter II areanya cukup luas yang dapat menampung sekitar 10 – 11 tenda. Di sini juga terdapat beberapa batang pohon yang tumbuh saling berdekatan sehingga dapat dipasang hammock untuk beristirahat.

Semakin dekat ke arah puncak, jalan yang dilalui cenderung berupa batuan. Mungkin karena itu sehingga bukit ini dinamakan “Gunung Batu” Jonggol.

Selain itu, track yang harus dilewati juga semakin banyak tanjakan yang mengharuskan pendaki berjalan miring bahkan butuh peralatan webbing untuk bisa melaluinya. Webbing tersebut sudah tersedia di tempat pendakian, sehingga tidak perlu masuk dalam daftar perbekalan yang harus dibawa.

Mendaki (foto: akusangpejalan.blogspot.co.id)

Webbing pertama terpasang pada tanjakan agak landai, yang bisa diabaikan jika cukup kuat berjalan dengan posisi badan yang miring tanpa harus berpegangan pada peralatan webbing. Pada tanjakan kedua, memaksa siapapun untuk memanfaatkan tali webbing karena sudut tanjakan sekitar 30O.

Bagi mereka yang pertama kali mendaki bukit ini, setelah melewati tanjakan kedua dan menemukan trek bebatuan cadas, akan merasa sudah sampai di puncak. Padahal masih belum karena yang dicapai baru puncak bayangan dan masih banyak lagi tanjakan-tanjakan berikutnya setelah memperhatikan sisi sebelah timur.

Lanjut:  9 Rekomendasi Kost Harian di Daerah Bogor Yang Nyaman Dengan Harga Terjangkau Mulai Rp.50.000

Gunung Batu Jonggol ini memang tidak berbeda jauh dengan Gunung Sindoro yang memiliki beberapa puncak bayangan dan kerap menipu mereka yang baru mencicipi kedua gunung tersebut.

Satu hal yang perlu diketahui, pendakian menuju ke puncak Gunung Batu Jonggol tidak hanya dilakukan pada pagi, siang dan sore hari, tapi banyak pendaki yang melakukannya pada malam hari. Sehingga selama perjalanan ke atas ataupun turun, Anda akan berpapasan dengan satu, dua atau lebih rombongan pendaki.

Banyak alasan yang melatarbelakangi pendakian pada malam hari, ada yang karena ingin menikmati sensasi pendakian yang berbeda, ada yang karena ingin menikmati romantisme malam di puncak gunung, ada juga yang ingin menjemput sunrise di puncak.

Para pendaki itupun tidak hanya mereka yang sudah akrab dengan pendakian, tapi cukup banyak para pendaki pemula serta mereka yang mendaki bukit karena alasan yang lain. Meski alasan masing-masing pendaki berbeda, namun ada hal sama yang mereka lakukan yaitu melengkapi perjalanan dengan lampu senter dan headlamp untuk menerangi jalan yang dilalui.

Papan Peringatan (foto: ahmadpajalibinzah.com)

Untuk membedakan para pendaki yang sudah akrab dengan aktifitas hiking dengan para pendaki pemula serta mereka yang hanya coba-coba, dapat dilihat dari raut wajah mereka. Bagi mereka yang sudah terbiasa mendaki, selain terlihat menikmati perjalanan, pada saat bertemu dengan rombongan pendaki lain biasanya akan saling bertegur sapa bahkan bersendagurau.

Sementara pendaki pemula, apalagi yang hanya coba-coba, di sepanjang perjalanan wajah mereka akan terlihat tegang dengan mulut yang tetap membisu pada saat disapa oleh rombongan pendaki lain.

Tanjakan ketiga yang harus dilalui pendaki yang ingin sampai ke puncak, jaraknya cukup panjang, sehingga mau tidak mau para pendaki harus mempergunakan sarung tangan untuk berpegangan pada tali webbing, agar kulit telapak tangan tidak lecet atau melepuh.

Sejak tanjakan ketiga dan seterusnya, hingga tanjakan terakhir yang menuju ke puncak, bentuknya sudah berupa bebatuan seperti halnya jalur batu yang ada di Gunung Parang, Purwakarta atau Gunung Merapi yang ada di Jawa Tengah.

Tanjakan-tanjakan tersebut hampir semuanya terjal dengan sudut kemiringan rata-rata di atas 30O, yang memaksa pendaki untuk berjalan miring dan merangkak serta bergelantungan pada tali webbing.

Pada tanjakan terakhir yang menuju ke puncak, para pendaki terkadang harus antri dengan rombongan pendaki lain yang juga ingin ke tempat yang sama, terlebih pada musim liburan.

Untuk menuju ke puncak, tanjakan yang harus dilalui terbilang ekstrim, karena batu-batu yang dijadikan pijakan seolah terlihat rapuh dan mudah longsor saat dipijak. Padahal bebatuan tersebut melekat erat dan siap menahan beban tubuh pendaki, seberat apapun.

Tantangan yang harus dilalui dengan bantuan tali webbing tersebut terbayar lunas begitu sampai di puncak Gunung Batu Jonggol yang ditandai dengan patok berhiaskan bendera merah putih yang tidak pernah berhenti berkibar karena selalu tertiup oleh kencangnya angin pegunungan.

Di puncak bukit ini pada pagi – sore pemandangannya begitu menawan dengan latar belakang Gunung Gede Pangrango serta bebukitan yang berbaris di kejauhan. Hamparan wilayah Jonggol, Cianjur sampai dengan Purwakarta juga menghadirkan landscape indah yang menarik untuk diabadikan dengan menggunakan lensa kamera.

Menuju Puncak (foto: akusangpejalan.blogspot.co.id)

Pada malam hari, keindahan alam yang menakjubkan tersebut memang tidak dapat dinikmati. Sebagai gantinya, akan tersaji gemerlap lampu kota dan kerlap-kerlip lampu kendaraan di kejauhan yang berpadu dengan bintang-bintang di angkasa.

Pemandangan alam tersebut akan menggetarkan hati siapapun serta membuatnya tertunduk akan kebesaran Sang Pencipta Alam.

Berada di puncak Gunung Batu Jonggol merupakan saat yang tepat untuk menjelajah dan mencari spot-spot cantik untuk dijadikan latar belakang foto.

Namun, Anda tetap harus berhati-hati, karena dataran di bagian puncak tidak seberapa luas dengan tanah dan bebatuan yang licin. Jika sampai jatuh terpeleset, jurang mengangah yang ada di sekeliling dapat merenggut nyawa siapapun tanpa ampun!

Setelah puas menikmati keindahan puncak Gunung Batu Jonggol, para pendaki dapat kembali turun. Tidak berbeda jauh dengan saat mendaki, pada saat turun tantangan yang dihadapi juga tidak kalah berat, mengingat medan yang harus dilalui terbilang ekstrim, utamanya rute antara shelter II hingga puncak.

Begitu tiba di shelter II, perjalanan turun relatif ringan, bahkan dapat dilakukan dengan setengah berlari, dan hanya butuh waktu sekitar 30 menit untuk dapat sampai ke area parkir.

Setelah mengambil motor di tempat parkir dan meninggalkan kawasan Gunung Batu Jonggol, jangan terburu-buru untuk pulang, karena masih ada satu lagi objek menarik yang harus dikunjungi, yaitu Curug Cibengang.

Wisata air terjun ini hanya berjarak sekitar 2 km dari kawasan Gunung Batu yang dapat ditempuh dengan menggunakan motor selama kurang lebih 10 menit.

Curug ini lokasinya agak tersembunyi sehingga suasana di sekelilingnya masih terkesan alami. Untuk mencapainya, Anda harus terlebih dahulu menitipkan kendaraan, dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menyeberangi sungai, melewati hamparan sawah dan kembali melintasi sungai yang berada di tengah area hutan.

Lanjut:  Curug 7 Cilember Bogor, Kalau Mandi Katanya Bikin Awet Muda
Puncak Utama, Photo By : @indrasutantoo

Meski perjalanan yang harus ditempuh cukup sulit, namun keindahan pemandangan di sepanjang jalan yang dilalui akan senantiasa memanjakan mata. Terlebih jika sudah sampai di lokasi air terjun. Curug Cibengang yang jarang didatangi wisatawan tersebut bagai lukisan alam yang begitu indah untuk dipandang.

Tidak hanya keindahannya saja yang dapat dinikmati, tapi juga airnya yang segar dan jernih. Nikmati segarnya air terjun tersebut dengan mandi dan berkubang di cerukan yang ada di bawah aliran air terjun. Sesekali Anda juga dapat meneguk airnya yang jernih, karena segarnya melebihi air yang tersimpan di dalam almari es.

Tips Berkunjung❤️

Menikmati wisata adventure berbeda dengan berkunjung ke theme park, kolam renang dan taman-taman rekreasi.

Jika berkunjung ke tempat rekreasi modal utamanya adalah anggaran yang cukup, sedang untuk wisata adventure butuh persiapan yang lebih matang, mulai dari perbekalan, peralatan yang memadai, fisik yang prima, pengetahuan tentang medan dan sebagainya, termasuk nyali yang besar.

Karena itu, sebelum melakukan pendakian ke Gunung Batu Jonggol, tips berikut ini perlu perhatikan.

1. Patikan terlebih dahulu tujuan dari kunjungan Anda ke Gunung Batu Jonggol, apakah hanya sekedar ingin gowes atau jalan-jalan untuk melihat situasi di kawasan sekitar area wisata, melakukan tracking ringan di bagian dasar, melakukan pendakian hingga ke puncak atau bermalam dengan mendirikan tenda di camping ground. Memastikan tujuan berkunjung erat kaitannya dengan kondisi fisik dan perbekalan yang harus dibawa.

2. Jangan melakukan perjalanan menuju lokasi pada malam hari, karena menurut informasi dari masyarakat setempat, terkadang masih ada begal yang menghadang di tengah jalan. Jika ingin melakukan pendakian pada malam hari, sebaiknya sudah tiba di area parkir sebelum maghrib untuk menghindari risiko di perjalanan, baik dari hadangan begal maupun dari buruknya medan di sepanjang perjalanan.

3. Jika Anda melakukan kunjungan pada musim kemarau, usahakan untuk membawa masker, karena sebagian rute yang harus dilalui berdebu. Sedang untuk yang berkunjung pada musim penghujan, sebaiknya membawa sepatu trekking karena jalan yang dilalui cukup licin.

Salah Satu Sudut Lain (foto: ardiyanta.com)

4. Bagi yang ingin bermalam, tempat camp yang paling baik adalah di dekat jalur pendakian (ladang milik warga), karena lebih dekat dengan pemukiman. Namun jika ingin cepat sampai ke puncak bisa memilih shelter II karena untuk sampai ke puncak hanya butuh waktu sekitar 15 menit, sementara untuk yang berangkat dari bawah butuh waktu sekitar 1 – 1,5 jam.

5. Untuk yang ngechamp di Shelter II, wajib membawa air yang cukup dari tempat pemukiman warga, karena di sepanjang jalur pendakian tidak terdapat mata air. Sedang bagi mereka yang mendaki dengan sistem tek-tok, cukup berbekal air minum 1 botol besar per dua orang, karena waktu tempuh perjalanan yang relatif sebentar.

6. Pendakian yang dilakukan pada malam hari, selain harus membawa senter dan headlamp, sebaiknya juga membawa lotion anti nyamuk, karena di sepanjang perjalanan hingga di puncak, banyak ditemui serangga kecil yang disebut krongo. Serangga tersebut memang tidak menggigit, namun sangat mengganggu.

7. Waktu terbaik untuk melakukan summit attack bagi yang ngechamp di Shelter II sekitar jam 04.00 WIB, dan untuk yang bermalam di ladang milik warga sekitar jam 03.00 WIB agar tidak tertinggal indahnya view sunrise dari puncak Gunung Batu Jonggol.

8. Setelah melewati shelter II, pendakian harus dilakukan dengan lebih berhati-hati disebabkan karena kemungkinan adanya antrean panjang menuju puncak serta banyaknya jalur ekstrim yang harus dilalui.

9. Jika sudah sampai di puncak, perhatikan apakah ada rombongan pendaki lain yang juga ingin menuju ke tempat yang sama. Jika antrean pendaki yang ingin ke puncak cukup panjang, usahakan untuk tidak terlalu lama berada di puncak, karena areanya cukup sempit dengan daya tampung yang terbatas dan di sekelilingnya berupa jurang dalam yang membentang.

10. Tips terakhir mengutip ungkapan yang selalu dipegang oleh para pecinta alam, yaitu “Jangan meninggalkan apapun kecuali jejak, jangan mengambil apapun kecuali foto dan jangan membunuh apapun kecuali waktu”.


3 pemikiran pada “Gunung Batu Jonggol”

  1. Tahun 88 89 saya bersama tim Pencinta Alam URAL SMA 28 Jakarta sudah memanjat gunung tersebut dari sisi tebing curamnya. Butuh waktu 4 jam untuk sampe puncak.
    Dahulu kondisinya masih asri tidak seramai sekarang.
    Selain memanjat tebing, juga melakukan bakti sosial di desa dibawah tebing tersebut, mengajarkan anak anak membaca, membagikan pakaian layak pakai dan sebagainya.
    Pastinya anak anak tersebut sudah dewasa ya,

    Balas

Tinggalkan komentar

error: Content is protected !!